Menu

Jumat, 17 Mei 2013

Upaya Cina Bongkar Kejahatan Perang AS



Koran People's Daily, milik Partai Komunis Cina yang berkuasa menuntut dibeberkannya kejahatan perang Amerika Serikat. Dalam hal ini kader pemimpin Cina dan petinggi keamanan serta militer negara ini dalam beberapa bulan terakhir aktif membongkar kejahatan Amerika termasuk pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam negeri serta serangan cyber terhadap negara lain.

Menyusul sikap Beijing ini, Koran People's Daily yang menjadi corong pemerintah berkuasa Cina dilaporannya menyebutkan  bahwa kebijakan arogansi Amerika terhadap negara lain harus dibongkar dan ini merupakan tugas berat yang diemban Beijing.

Sementara itu, sikap koran dan kader Cina yang menekankan kejahatan AS dengan mengintervensi negara lain harus dibeberkan kepada dunia bukan hal baru. Meski pencerahan opini umum guna mengenal lebih baik wajah Amerika yang berusaha menguasai dunia sangat penting, namun kini di dunia tidak sedikit yang telah menyadari motif politik, ekonomi, militer dan keamanan Washington.

Menghitung intervensi militer langsung Amerika di urusan internal negara lain membutuhkan list yang panjang, namun sepertinya tujuan dari Koran People's Daily mengumpulkan dosa-dosa AS tidak terbatas pada era perang dingin saja. Pada tahun 1957, tentara Amerika memasuki Yordania untuk mencegah tumbangnya pemerintahan Raja Hussein. Tahun 1958, AS mengirim pasukannya ke Lebanon untuk memerangi pemerintahan Suriah saat itu guna melindungi Rezim Zionis Israel. Agresi militer Amerika saat itu, tentara Washington dan Tel Aviv aktif menumpas bangsa muslim Mesir, Yordania, Lebanon dan Suriah.

Intervensi militer Amerika ke Vietnam tahun 1960 juga bukan rahasia lagi. Dukungan AS terhadap penentang revolusi Kuba mendorong Gedung Putih melakukan tindakan untuk menggulingkan pemerintahan revolusioner Castro pada tahun 1960 dan melindungi pemerintahan pro AS Batista. Republik Dominika juga tak aman dari tangan Amerika, negara kepulauan ini diserang militer AS tahun 1962. Masih ada intervensi militer Amerika lainnya di Kamboja pada 30 April 1970 dan Angola tahun 1975 dengan tujuan memperkokoh posisi pasukan pro Barat di sistem pemerintahan negara tersebut.

Juga tak boleh dilupakan agresi militer AS ke Granada pada tahun 1981 di mana pasukan negara adidaya ini berusaha menumbangkan pemerintahan negara kecil Amerika Latin tersebut. Agresi militer terhadap negara-negara ini hanya bagian kecil dari kebijakan arogan Amerika di era perang dingin.

Pasca perang dingin, Washington pun ternyata masih tetap melanjutkan kebijakan intervensifnya ini. Agresi militer Amerika ke Irak pada tahun 1990-1991 setelah Baghdad mencaplok Kuwait dan secara praktis agresi Washington ini sempurna pada tahun 2001. Serangan Amerika ke Haiti pada tahun 1994. Serangan roket Amerika ke Sudan dan Afghanistan tahun 1998 dengan dalih ledakan di kedubesnya di Kenya serta Tanzania.

Serangan militer Amerika ke Yugoslavia, Kozovo, Rwanda, Kongo, Honduras dan Colombia antara tahun 1994-2001 tercatat sebagai agresi militer negara ini pasca era perang dingin. Padahal Amerika sendiri baik sebelum hingga pasca perang dingin juga kerap mengintervensi negara lain. Sebut seja intervensi militer AS saat krisis Berlin tahun 1948. Mengorganisir kudeta tahun 1953 di Iran, intervensi di perang tahun 1955-1958 antara Cina dan Taiwan serta intervensi di krisis Budapest, Hungaria tahun 1956.

Intervensi tak langsung Amerika ini hanya bagian dari kebijakan arogan Washington. Tak diragukan lagi poros utama strategi Amerika untuk memajukan proyeknya membentuk tatanan dunia baru adalah menyamakan budaya melalui penyebaran kebudayaan AS dengan merusak kebudayaan nasional di Dunia Ketiga, merusak ideologi rakyat dan Islam, menebarkan demokrasi Liberal ala Barat, mendukung penuh pemerintahan despotik dan imperialis, melemahkan pemerintahan nasional dan independen dunia. 

sumber:(TGR/IRIB Indonesia)

0 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda
http://tusoh.blogspot.com/

0 komentar: