Dicky Adi Prihadi, Bekerja di Institut Teknologi Bandung (ITB)
Komentar pembaca terkait wawancara Dina Y Sulaeman dengan Jurnalis Syria, berjudul 'Mereka' Datang Untuk Membunuh Rakyat Syria:
Mengharukan. Sungguh kejam fitnah yg mengekspose gambar dan dalil-dalil
agama untuk kepuasan hawa nafsu. Dunia Islam memang aneh sejak maraknya
internet, website dan youtube dijadikan tuntunan sedangkan ulama yang
ikhlas tidak diacuhkan lagi.
Tetap semangat, Dina...pasti ada yang terganggu misinya dengan kabar ini. Kita juga tahu bahwa lembaga yang saat ini melakukan pemberontakan di Suriah sudah cukup lama juga berkembang dan terorganisasi di Indonesia.
Sekumpulan orang tanpa kebangsaan mengatas-namakan gerakannya Sebagai wakil Tuhan. Padahal Allah SWT menciptakan manusia berbangsa dan berbahasa lain-lainnya Supaya saling mengasihi bukan memusuhi. Bagi kelompok orang tersebut, persaudaraan hanya dengan orang yang sepaham sepemikiran saja, Muslim yang lain diperlakukan sebagai musuh. Tapi anehnya, mereka bisa berkoalisi aktif dengan pihak yang nyata-nyata non muslim seperti yang kita saksikan di Libya, , dan yang jelas sedang terjadi di Suriah.
Sedikit soal validitas narasumber. Menurut saya, validitas nara sumber pengertian subjektifnya sangat dipengaruhi latar belakang individu. Seseorang yang mencari kebenaran objektif, dia mengumpulkan berbagai informasi lalu berusaha menemukan orang yang dapat memberikan penjelasan tentang apa yang ingin diketahui. Narasumber menjadi "rujukan" dalam menemukan kebenaran. Namun berbeda jadinya ketika seseorang sudah merasa dirinya dalam "kebenaran"- biasanya karena pengaruh indoktrinasi-, informasi yang diharapkan hanyalah yang sejalan dengan pemikirannya saja. Akibatnya, dia hanya menjadikan orang yang memiliki tipologi pengetahuan yang sesuai dengan dirinya Yang dianggap sebagai narasumber. Sejatinya orang yang tercuci otak oleh doktrin tertentu sudah tidak membutuhkan "rujukan" melainkan "bujukan" Supaya tetap dalam keyakinannya. Dengan kemajuan teknbologi informasi seperti sekarang, internet juga digunakan sebagai sarana penyelenggaraan "media bujukan".
sumber:http://theglobal-review.com/