Menu

Rabu, 22 Mei 2013

Tewaskan 28 orang, Jero Wacik selamatkan muka Freeport

http://klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2013/05/22/194398/540x270/tewaskan-28-orang-jero-wacik-selamatkan-muka-freeport.jpg

Sejak pukul 11.30 WIB, puluhan wartawan Indonesia dan asing mengerubungi tangga utama di Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta Pusat, kemarin, Rabu (22/5). Tepat satu lantai di atas kerumunan itu, Menteri ESDM Jero Wacik dan jajarannya menemui direksi Freeport McMoRan Copper & Gold Incorporated, perusahaan pengelola tambang emas dan perak terbesar sejagat.
Tak tanggung-tanggung, perusahaan yang berkantor pusat di Kota Phoenix, Arizona, Amerika Serikat itu diwakili langsung sang Presiden Direktur, yaitu Richard C. Adkerson. Direktur Utama PT Freeport Indonesia yang mengelola tambang di Tembagapura, Papua, Rozik B. Soetjipto, turut hadir dalam pertemuan tertutup itu.
Jero mengaku memanggil mereka untuk mencari tahu penyebab longsornya atap Gua Big Gossan di area Freeport, Tembagapura, pada 14 Mei lalu yang menyebabkan 28 karyawan meregang nyawa dan 10 cedera.
Berdasarkan keterangan Federasi Serikat Pekerja Kimia, Energi, Pertambangan, Minyak, Gas Bumi dan Umum Indonesia awal pekan ini, insiden di area Freeport Papua itu merupakan kecelakaan tambang terburuk sepanjang sejarah republik ini. Bahkan Duta Besar Amerika untuk Indonesia Scot Marciel mengakui data itu. "Dari perspektif kami ini adalah kecelakaan buruk," ujar Scot kemarin.
Sebelum insiden Big Gossan, kecelakaan kerja tambang paling buruk di Indonesia menimpa pekerja PT Kideco Jaya Agung, di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, tiga tahun lalu. Ada tujuh kasus karyawan meninggal di tambang Kideco, sejak Januari sampai Juni 2010, dengan lima masuk kategori kecelakaan kerja.
Pertemuan Jero dan direksi Freeport berlangsung kurang lebih satu jam. Mereka pun langsung menggelar jumpa pers bersahaja, sambil berdiri di tangga, sesudahnya.
Nyaris sepanjang pertemuan dengan media itu, Jero menjadi "juru bicara" Freeport dadakan. Dia memaparkan kronologi kejadian, jumlah korban tewas, termasuk menjelaskan skema santunan dan beasiswa bagi keluarga yang ditinggalkan akibat musibah itu.
Sampai-sampai keterangan bahwa keluarga korban menjadi prioritas diterima bila mendaftar kerja di Freeport pun tercetus dari keterangan Jero, bukan dari direksi perusahaan tambang itu.
Richard, sang bos besar Freeport, mengucapkan bela sungkawa, mengapresiasi kerja keras 200-an tim penyelamat, dan berjanji bekerjasama dengan tim investigasi independen untuk mengungkap penyebab acara pelatihan keselamatan pekerja tambang bawah tanah itu bisa berakhir jadi bencana.
Sementara Dirut Freeport Indonesia, Rozik, hanya menambahkan beberapa detail. Khususnya soal produksi 220.000 ton bahan mentah emas dan perak yang tak terkeruk setiap hari, selama sepekan pascakejadian. Sampai sekarang, aktivitas penambangan di Tembagapura memang berhenti total. Tambang di Papua menyumbang 30 persen keseluruhan pendapatan kantor pusat Freeport.
Tak cuma menjadi juru bicara, Jero sempat pula jadi "penerjemah" ucapan Richard. Bos Freeport itu usai bicara soal sejarah Big Gossan yang mulai beroperasi sebagai fasilitas pelatihan karyawan pada 1998.
"Jadi saudara-saudara, salah satu kalimat yang Pak Richard sebut tadi, dia sering berada di lokasi kejadian. Bisa-bisa dia yang kena ambrukan kalau pas kejadian di sana meresmikan (pelatihan). Bagi dia itu tempat safe, itu yang dia sampaikan," ujar Jero di sela-sela jumpa pers kemarin.
Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu lantas menegaskan Freeport sudah bekerja keras, sebab lokasi musibah sulit dan tidak stabil. Batu-batu seberat 500 ton bisa sewaktu-waktu menimpa tim penolong. Karena itu, Jero menampik anggapan bahwa kejadian di Papua sama dengan insiden tambang emas di Cile.
"Jadi ruangan itu di bawah tanah kemudian ambruk, berbeda dengan yang terjadi di Cile. Kalau di Cile, orang ada di ruangan jalannya yang jatuh, mereka terjebak," kata Jero.
Ketika wartawan berebut ingin bertanya, Jero pula yang membatasi jumlah penanya tiga saja maksimal. Politikus Demokrat itu tidak menjelaskan alasannya membatasi sesi tanya jawab, meski sesuai jadwal, direksi Freeport memang bakal bertolak ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Alhasil, pertanyaan penting khususnya soal kabar Freeport melarang pejabat tinggi, termasuk Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar memantau lokasi kejadian, urung terklarifikasi.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sempat menyatakan Freeport "melarang" kunjungan pejabat tinggi selama proses evakuasi awal pekan ini di Istana Negara. Pengakuan SBY sontak menimbulkan pro-kontra di masyarakat soal kesan pemerintah tunduk pada perusahaan asing.
"Semula menteri ESDM, menteri Tenaga Kerja akan berangkat ke lokasi. Tapi permintaan dari Freeport di Tembagapura, sementara mereka ingin fokus, konsentrasi untuk jalankan tugas. Dan memohon kepada Jakarta agar kehadiran pejabat dari Jakarta menunggu beberapa saat sampai situasinya tepat," ujar presiden, Senin (20/5).
Berikutnya, ketika ada pertanyaan mengenai renegosiasi kontrak karya, isu yang sensitif bagi Freeport, lagi-lagi Jero yang menjawab, bukan jajaran direksi.
"Renegosiasi itu sulit, diucapkan saja sulit, apalagi mengerjakan. Tapi kita berjalan terus dengan Freeport, Newmont, Vale, dan tambang-tambang lain," kata Jero yang berdiri tepat di sebelah kanan Richard.
Freeport dan Newmont sejak dua tahun terakhir memang jadi incaran utama pemerintah agar bersedia mengubah skema bagi hasil tambang. Kementerian ESDM sudah mengutus Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Thamrin Sihite melakukan negosiasi, tapi perusahaan Amerika itu masih menolak beberapa klausul. Sehingga renegosiasi sampai sekarang baru sebatas wacana dan mandeg sepenuhnya.
Ada enam poin yang masih harus dibahas bersama terkait renegosiasi, yaitu luas wilayah kerja, perpanjangan kontrak, penerimaan negara atau royalti, kewajiban pengolahan dan pemurnian, kewajiban divestasi dan kewajiban penggunaan barang atau jasa pertambangan dalam negeri.
Richard dan Rozik sama sekali tidak mengomentari isu kontrak karya. Usai konferensi pers mereka langsung naik ke ruangan atas dan keluar lewat pintu samping.
Seakan tahu dirinya terkesan melindungi Freeport selama konferensi pers, Jero langsung membela diri. Dia menegaskan bahwa santunan yang besar kepada keluarga korban tewas ambruknya atap gua itu, mencapai Rp 1 miliar, merupakan idenya.
"Saya memihak pada rakyat, saya tidak memihak Freeport. Saya memihak karyawan, tentu saya mengawal kepentingan karyawan yang seharusnya. Memang itu tugasnya pemerintah. Sampai mau (Freeport) kasih beasiswa putra-putri korban, itu penyampaian kami, saya bilang kami harus melindungi karyawan indonesia," tuturnya.
Terkait sanksi bila Freeport terbukti melakukan kelalaian sehingga gua pelatihan itu longsor, Jero enggan berspekulasi. Dia hanya menyatakan hukum bakal ditegakkan dan publik sebaiknya menunggu keterangan tim investigasi independen yang diisi ahli Institut Teknologi Bandung serta pakar tambang dari luar negeri.
"Kita tidak boleh menduga, tim sedang bekerja, tim masih dalam progress. Secara teknis semua dicek. Kalau ada unsur-unsur kesengajaan tentu ada hukumnya," tandasnya.
Kini, publik hanya bisa menunggu hasil investigasi tim independen untuk mengetahui musabab ambruknya gua itu. Sejauh ini nama baik Freeport, meski baru saja terlibat insiden terburuk pertambangan Tanah Air, terselamatkan. Khususnya berkat pemaparan detail insiden saat konferensi pers dari sang pejabat negara, Jero Wacik.

sumber:http://www.merdeka.com

0 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda
http://tusoh.blogspot.com/

0 komentar: