"Saya mendesak agar kebijakan gandum tersebut harus dikendalikan atau
dibatasi pemerintah. Lebih baik impor beras yang merupakan kebutuhan
pokok rakyat Indonesia daripada impor gandum yang hanya menguntungkan
segelintir pengusaha,”
Serasa aneh jika Indonesia sebagai negara agraris dan sebagian besar
masyarakatnya menjadikan beras sebagai bahan pokok, akan tetapi masuknya
impor gandum dari luar semakin besar. Ada kesan kuat memaksa masyarakat
makan roti dari pada nasi.
Oleh karena itu, Ketua Umum Serikat
Petani Indonesia (SPI), Henry Saragih, Mendesak pemerintah untuk segera
menghentikan impor gandum yang volume impornya terus meningkat setiap
tahun. Selain menguras devisa negara, kebergantungan pada pangan impor
itu akan membahayakan kedaulatan pangan Indonesia.
"Saya
mendesak agar kebijakan gandum tersebut harus dikendalikan atau dibatasi
pemerintah. Lebih baik impor beras yang merupakan kebutuhan pokok
rakyat Indonesia daripada impor gandum yang hanya menguntungkan
segelintir pengusaha,” katanya di Jakarta, Selasa (14/5).
Menurut
Henry, pemerintah harus belajar dari kasus kedelai impor. Awalnya harga
kedelai murah, hanya 1.800 rupiah per kilogram. Akan tetapi, ketika
produksi kedelai dalam negeri anjlok, otomatis harga kedelai mahal.
Demikian juga gandum. Kalau sampai menjadi komoditas pangan pokok
masyarakat Indonesia, harga gandum akan mahal. Jadi, pemerintah
semestinya berpikir untuk kepentingan bangsa bersifat jangka panjang.
Hal
senada disampaikan anggota Pokjasus Dewan Ketahanan Pangan, Gunawan.
Menurutnya gandum sekarang ini menjadi komoditas pangan paling krusial
karena kebergantungan masyarakat semakin besar, namun tidak bisa ditanam
atau diproduksi di dalam negeri.
Semula, impor gandum hanya
puluhan ribu ton pada akhir 1980-an, kini impornya hingga 6 juta ton
setahun. Hal itu terjadi karena penyediaan pangan nasional tidak
mempertimbangkan produksi nasional. Pangan hanya menjadi komoditas yang
menguntungkan importir, sedangkan kepentingan bangsa ke depan diabaikan.
"Gandum
contoh jelas bagaimana pangan di negeri ini diperlakukan hanya untuk
memupuk keuntungan bagi importir dan penguasa. Hajat hidup orang banyak
sesuai UUD 1945 tidak menjadi pedoman dalam pengambilan strategi pangan
negara,” kata Gunawan yang juga Ketua Eksekutif Indonesia Human Right
Committee for Social Justice (IHCS).
Gunawan menilai negara
harus segera mengurangi impor gandum untuk mengantisipasi krisis gandum
dunia yang sewaktu-waktu bisa pecah karena kegagalan panen di
Eropa-Amerika maupun kebutuhan energi dunia. (IT/sa)
sumber:islamtimes.org
Rabu, 15 Mei 2013
Lagi, Pemerintah Manjakan Gergasi Asing
0 Komentar di Blogger
Langganan:
Posting Komentar (Atom)