Pemerintah
Indonesia siap mengambil alih teknologi dan manajemen semua kepemilikan
saham PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dari Jepang yang selama 30
tahun sebagai pemegang saham terbesar dan akan berakhir kontrak
kerjasamanya pada 30 Oktober 2013.
"Kita
tidak bergantung dengan Jepang dan siap melanjutkan pembangunan PT
Inalum melalui Badan Usaha Milik Negara mulai 1 Nopember 2013," tegas
Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia PT Inalum Ir. Nasril Kamaruddin,
MBA di Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, Sabtu.
Nasril didampingi Direktur Bisnis S.S Sijabat dan Direktur Produksi Harmon Yunaz ketika mendampingi para Pemimpin Redaksi Media yang melihat langsung operasional pabrik peleburan aluminium menjadi ingot (aluminium batangan) di Tanjung Gading dan ke Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan II di Sigura-gura Paritohan.
Sejak tahun 1990-an operasional PT Inalum yang berdiri 6 Januari 1976, menurut Nasril sebenarnya telah mengambil alih teknologi yang sepenuhnya ditangani putra-putra Indonesia dan hingga kini tidak bergantung lagi dengan tenaga ahli dari Jepang, bahkan sistem perawatan pabrik terjaga dengan baik.
PT Inalum mempertahankan produksi secara efektif 225.000 ton aluminium batangan per tahun dan kapasitas produksi PLTA sebesar 426 MW--dengan kepemilikan sahamnya 41,12 persen pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium 58,88 persen--.
Direktur Umum dan SDM PT Inalum itu kembali menegaskan, tidak ada ke khawatiran perusahaan itu untuk mengambil alih manajemen maupun alih teknologi termasuk kebutuhan suku cadang pabrik peleburan serta PLTA, karena pihaknya tidak bergantung dengan Jepang.
Justeru pihak Jepang yang khawatir jika nantinya PT Inalum tidak mau lagi menggunakan suku cadang pabrik dan untuk pembangkit listrik yang selama ini dipasok dari perusahaan-perusahaan Jepang, ujar Nasril yang didampingi GM PLTA Asahan II Aris Taher.
Lihat sendiri perawatan pabrik peleburan dan PLTA Asahan II sudah dipergunakan 30 tahun, namun terlihat masih baru dan tetap beroperasi dengan baik. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan apalagi diisukan akan menjadi besi tua jika diserahkan ke Indonesia, tegas Nasril
Menjelang pengambil alihan PT Inalum oleh Pemerintah Indonesia, kinerja perusahaan peleburan aluminium satu-satunya di Indonesia ini berjalan dengan baik dan lancar.
Inalum secara bisnis saat ini dinilai sangat sehat dan mempunyai prospek yang baik dan menguntungkan, dikarenakan telah melunasi hutang investasi sejak tahun 2011 dan meraih laba bersih 878 juta US dolar sejak tahun 2004-2012 atau rata-rata 97,5 juta US dolar per tahun.
Nasril menambahkan, perusahaan sejak awal operasi tetap berkomitmen untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan pemangku amanah terkait dan memberikan manfaat kepada lingkungan, seperti program bantuan pendidikan, keagamaan, kesehatan, kepemudaan, ekonomi serta kontribusi kepada negara/daerah. (ANTARA)
Nasril didampingi Direktur Bisnis S.S Sijabat dan Direktur Produksi Harmon Yunaz ketika mendampingi para Pemimpin Redaksi Media yang melihat langsung operasional pabrik peleburan aluminium menjadi ingot (aluminium batangan) di Tanjung Gading dan ke Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan II di Sigura-gura Paritohan.
Sejak tahun 1990-an operasional PT Inalum yang berdiri 6 Januari 1976, menurut Nasril sebenarnya telah mengambil alih teknologi yang sepenuhnya ditangani putra-putra Indonesia dan hingga kini tidak bergantung lagi dengan tenaga ahli dari Jepang, bahkan sistem perawatan pabrik terjaga dengan baik.
PT Inalum mempertahankan produksi secara efektif 225.000 ton aluminium batangan per tahun dan kapasitas produksi PLTA sebesar 426 MW--dengan kepemilikan sahamnya 41,12 persen pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium 58,88 persen--.
Direktur Umum dan SDM PT Inalum itu kembali menegaskan, tidak ada ke khawatiran perusahaan itu untuk mengambil alih manajemen maupun alih teknologi termasuk kebutuhan suku cadang pabrik peleburan serta PLTA, karena pihaknya tidak bergantung dengan Jepang.
Justeru pihak Jepang yang khawatir jika nantinya PT Inalum tidak mau lagi menggunakan suku cadang pabrik dan untuk pembangkit listrik yang selama ini dipasok dari perusahaan-perusahaan Jepang, ujar Nasril yang didampingi GM PLTA Asahan II Aris Taher.
Lihat sendiri perawatan pabrik peleburan dan PLTA Asahan II sudah dipergunakan 30 tahun, namun terlihat masih baru dan tetap beroperasi dengan baik. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan apalagi diisukan akan menjadi besi tua jika diserahkan ke Indonesia, tegas Nasril
Menjelang pengambil alihan PT Inalum oleh Pemerintah Indonesia, kinerja perusahaan peleburan aluminium satu-satunya di Indonesia ini berjalan dengan baik dan lancar.
Inalum secara bisnis saat ini dinilai sangat sehat dan mempunyai prospek yang baik dan menguntungkan, dikarenakan telah melunasi hutang investasi sejak tahun 2011 dan meraih laba bersih 878 juta US dolar sejak tahun 2004-2012 atau rata-rata 97,5 juta US dolar per tahun.
Nasril menambahkan, perusahaan sejak awal operasi tetap berkomitmen untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan pemangku amanah terkait dan memberikan manfaat kepada lingkungan, seperti program bantuan pendidikan, keagamaan, kesehatan, kepemudaan, ekonomi serta kontribusi kepada negara/daerah. (ANTARA)
Sumber :Antaranews.com