Menu

Kamis, 16 Mei 2013

DRONE TERCANGGIH ISRAEL DIBAJAK HIZBOLLAH?



Ini cerita lama yang sangat menarik. Selama perang Iran-Irak antara tahun 1980-1988, para jendral Irak kebingungan karena rudal-rudal Exocet canggih yang mereka tembakkan ke kapal-kapal perang Iran selalu meleset. Iran seperti memiliki kemampuan "sihir" untuk mengambil alih kendali rudal tersebut dan meledakkannya di udara. Kala itu para jendral Irak tentu belum pernah berfikir para insinyur Iran telah memiliki kemampuan "membajak" rudal musuh. Bingung oleh kondisi tersebut Irak akhirnya memutuskan mencoba kemampuan rudal tersebut terhadap kapal perang Amerika yang tidak lain adalah sekutunya sendiri yang banyak mendukung Irak selama perang.

Kapal frigat Amerika USS Stark yang memiliki sistem pertahanan canggih "Aegis" pun menjadi pilihan saat berlayar di Teluk Parsia. Sebuah pesawat tempur Irak menembakkan 2 rudal Exocet ke arah kapal malang tersebut, dan mengena dengan tepat. Satu rudal gagal meledak, namun satu rudal yang lain menerobos ruang kabin, meledak dan menewaskan 37 pelaut Amerika dan melukai puluhan lainnya.

Amerika tentu saja marah kepada Irak meski tidak sampai pada tahap menghentikan bantuannya pada Irak. Irak sendiri berdalih insiden tersebut disebabkan kesalahan manusia dan berjanji memenuhi tuntutan Amerika untuk menghukum mati sang pilot. Namun hukuman itu tidak pernah dipenuhi Irak yang saat itu tengah mengalami kekurangan pilot tempur karena banyak di antara mereka yang menjadi korban kelihaian pilot-pilot tempur Iran.

Pada tahun 1997 Hizbollah, milisi Shiah Lebanon "didikan" Iran berhasil menyadap komunikasi militer Israel yang berujung pada keberhasilan organisasi tersebut melakukan sergapan terhadap satu regu komando AL Israel dan menewaskan 12 orang tentara Israel. Israel langsung mengklaim bahwa serangan tersebut terjadi secara kebetulan belaka. Namun setelah Hizbollah menunjukkan ke publik rekaman komunikasi dan gambar satelit pergerakan pasukan Israel, Israel pun menjadi salah tingkah.

Keberhasilan Hizbollah mengacak-acak sistem komunikasi Israel tidak berhenti sampai di situ. Dengan kemampuan tersebut Hizbollah bahkan berhasil membuktikan bahwa pesawat-pesawat drone Israel terlibat dalam pembunuhan mantan PM Rafiq Hariri tahun 2005. Dalam peristiwa Perang Libanon II tahun 2006 Hizbollah juga berhasil mengalahkan tentara Israel berkat kemampuan mereka menyadap komunikasi Israel.

Lalu dunia pun dikejutkan dengan keberhasilan Iran membajak pesawat drone siluman paling canggih Amerika, RQ 170 Santinel serta keberhasilan Hizbollah mengirimkan drone siluman menembus pertahanan udara Israel hingga mendekati sarana paling vital Israel, reaktor nuklir Dimona. Maka ketika baru-baru ini media-media massa internasioal memberitakan pesawat drone Israel yang diledakkan sendiri oleh Israel karena mengalami gangguan di udara, spekulasi pun beredar bahwa Hizbollah berhasil membajak drone tersebut sehingga memaksa Israel meledakkannya di udara sebelum melakukan hal-hal yang membahayakan.

Berita meledaknya drone (pesawat tanpa awak) tersebut awalnya berasal dari media-media Israel sendiri. "Ynetnews" misalnya, Minggu (12/5) lalu melaporkan bahwa Israel telah meledakkan drone canggih "Shoval" (“Heron”) saat dalam misi pengintaian antara Tel Aviv dan Netanya.

Tentang drone ini, pembuatnya mengklaim, "Drone yang diberi nama Heron 1 (Shoval) ini akan membantu meningkatkan kemampuan AL dan AU Israel dalam mengidentifikasi pesawat-pesawat dan kapal-kapal asing, bahkan pada jarak 300 km, dengan radar yang bisa menjangkau Turki, Siprus dan Mesir."

“Sistem yang dimiliki memungkinkannya melacak dan mengidentifikasi setiap obyek dalam hitungan menit," papar seorang pejabat militer Israel kepada "Ynetnews" sesaat setelah menunjukkan bagaimana kamera yang terpasang pada drone tersebut menangkap detil sebuah kapal yang tengah berlayar di Laut Mediterania.

“Shoval memiliki kemampuan komunikasi satelit yang berarti setiap gambar yang diambilnya akan disiarkan secara online ke tempat-tempat yang sangat jauh, seperti Paris,” tambahnya.

Dengan kecanggihannya tentu saja sangat sulit diterima pesawat tersebut mengalami kesalahan teknis, kecuali jika ternyata pesawat tersebut dibajak oleh musuh-musuh Israel seperti Hizbollah dan atau Iran. Dan jika hal ini yang terjadi, maka mau tidak mau Israel harus meng"grounded"-kan seluruh armada Shoval untuk mengganti semua program penerbangan yang dibawanya. Karena sekali musuh bisa meretasnya, maka selamanya drone tersebut tidak lagi berguna dan bahkan bisa menjadi senjata makan tuan.

sumber:http://cahyono-adi.blogspot.com

0 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda
http://tusoh.blogspot.com/

0 komentar: