Kemenangan
telak Hizbollah dan tentara Syria di medan perang Al Qusayr benar-benar
membuat para zionis internasional tergoncang. Mereka sudah membayangkan
hasil akhir dari konflik Syria paska kejatuhan Al Qusayr, yaitu
kekalahan memalukan negara-negara "zionist occupied goverment" (ZOG)
alias "penjilat pantat zionis" di Syria.
Maka dalam kegoncangan
itu berbagai tingkah polah tidak rasional pun bermunculan. Sementara
para teroris pemberontak tetap melakukan aksi biadabnya bahkan saat
melarikan diri dari al Qusayr (pembantaian terhadap penduduk
perkampungan Kristen Al Duvair), menlu Perancis dan Inggris berkoar-koar
tentang penggunaan senjata kimia oleh tentara Syria dan "mendesak
masyarakat dunia untuk menyerang Syria". Media-media massa barat dan
Arab juga berusaha "mengecilkan" kemenangan Hizbollah dengan
menyebut-nyebut adanya sejumlah besar personil Hizbollah yang ditawan
pemberontak Syria. Bahkan di Indonesia pun media-media pro-pemberontak
(dan berarti juga pro-zionis) ikut-ikutan mengecilkan kemenangan
Hizbollah dengan menyebut angka 50 ribu personil Hizbollah di Syria.
Tentang isu keberadaan 50 ribu personil Hizbollah di Syria, saya (blogger)
akan memberikan sanggahan pribadi yang rasional. Tuduhan tersebut
memberikan pemikiran bahwa Hizbollah setidaknya mempunyai 100 ribu
anggota militer terlatih. Hal ini dengan asumsi bahwa Hizbollah hanya
mengirim setengah anggota terlatihnya ke Syria karena masih harus
meninggalkan separoh lainnya untuk menangani masalah keamanan internal
(Lebanon) terutama menjaga wilayah perbatasan dengan Israel.
Angka
sebesar itu tentu saja sangat tidak rasional. Lebanon adalah negeri
kecil dengan jumlah penduduk tidak sampai 5 juta orang sementara jumlah
penduduk Shiah-nya kurang dari 25% atau 1 jutaan jiwa. Bahkan di antara
penduduk Shiah Lebanon terdapat satu kelompok milisi militer lain yang
lebih dahulu eksis daripada Hizbollah, yaitu "Gerakan Amal". Ide
membangun kelompok milisi bersenjata profesional sebesar 10% dari
populasi tentu adalah suatu kemustahilan yang keterlaluan. Dengan ide
itu maka Amerika harusnya memiliki 30 juta tentara dan Cina 150 juta,
sementara Indonesia harusnya mempunyai 25 juta tentara. Faktanya tidak
ada negara yang jumlah personil militernya mencapai 1% dari populasi.
Namun hal yang tidak masuk akal inilah yang didengung-dengungkan oleh
media "Arrahman.com" yang pada tgl 9 Juni lalu merilis berita dengan
judul "Milisi Syiah Hizbullah kerahkan 50 ribu anggotanya di seluruh
Suriah"
Sementara itu menanggapi rumor keberadaan
anggotanya yang ditawan pemberontak Syria, Hizbollah mengeluarkan
pernyataan resmi pada hari Sabtu (8/6).
"Hizbollah dengan keras
mengingatkan atas kebohongan-kebohongan yang digembar-gemborkan oleh
media-media yang memusuhi kami dari negara-negar Arab dan negara-negara
lain dan mendesak diterapkannya akusasi terhadap berita-berita terkait
dengan keberadaan kami," demikian pernyataan tersebut.
Pernyataan
tersebut dikeluarkan menyusul beredarnya desas-desus tertangkapnya
sejumlah besar milisi Hizbollah dan Brigade Abu al-Fadl al-Abbas Brigade
dalam pertempuran di dekat gubernuran Damaskus. Kelompok terakhir
adalah milisi bersenjata yang dibentuk tahun 2012 untuk melindungi makam
Sayida Zeinab (AS) di Damaskus, dari ancaman penghancuran oleh
pemberontak.
***
Saya (blogger) sudah cukup lama menjadi
pengamat media-media masa Iran dan kelompok Hizbollah. Saya menemukan
perbedaan mencolok antara media-media tersebut di atas dengan
media-media "mujahidin" di berbagai negara Islam di dunia. Perbedaan
tersebut se-mencolok pernyataan-pernyataan para ulama Shiah Iran dan
Lebanon dengan para ulama Sunni radikal (salafi, wahabi dan sejenisnya)
di berbagai negara di dunia tentang masalah-masalah agama hingga
politik.
Media-media Iran seperti Press TV dan Hizbollah Almanar relatif
bersih dari hal-hal omong kosong dan hiperbola sebagaimana media-media
"mujahidin" seperti arrahman.com. Dalam tingkat tertentu media-media
Iran dan Hizbollah bahkan sangat "fair", yaitu menayangkan
statemen-statemen lawan-lawan politik Iran dan Hizbollah yang
mendeskreditkan mereka.
Saya juga mengamati secara sekilas
dialektika antara pimpinan Hizbollah Sayyed Nasrallah dengan ulama Sunni
terbesar yang tinggal di Qatar, Yusuf Qardhawi, terkait dengan konflik
Syria dan konflik Sunni-Shiah di Timur Tengah. Dalam dialektika tersebut
tidak sekalipun Nasrallah "menunjuk hidung" Qardawi apalagi
mengutukinya dengan bahasa kasar. Sebaliknya Qardawi yang jauh lebih tua
umurnya justru sering mencerca Nasrallah dan organisasi yang
dipimpinnya. Padahal Qardhawi adalah salah seorang ulama yang
menandatangani "Deklarasi Amman" yang menyerukan perdamaian antara umat
Shiah dan Sunni.
REF:
"No Hezbollah members captured in Syria, Lebanese resistance movement says"; Press TV; 8 Juni 2013
"Milisi Syiah Hizbullah kerahkan 50 ribu anggotanya di seluruh Suriah"; arrahman.com; 9 Juni 2013
"French fable in face of Qusayr defeat"; Finian Cunningham; Press TV; 8 Juni 2013
Senin, 10 Juni 2013
PROPAGANDA MURAHAN MELAWAN KETANGGUHAN HIZBOLLAH
0 Komentar di Blogger
Langganan:
Posting Komentar (Atom)