Menu

Selasa, 18 Juni 2013

Menguak Kebohongan Pemerintah Soal Kenaikan Harga BBM

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCVVn7b_TppCegXNVdGAoJu2b94q-dxdS-gz8y2zLuvejJhunQ970ZBYL_OsR-ICMfqVSydE6aygYMn4AMD1uaPsdfNyy2akiCbj2UzNiuSBOzERmqfPVZWU4LuQ83yf5L3Nzb2qQTo11A/s1600/Antri-BBM.jpg


(Penuturan "Orang Dalam")


Rencana kebijakan pemerintah yang ingin menaikkan harga BBM bersubsidi menimbulkan tanda tanya besar, bahkan dengan harga BBM bersubsidi Rp 4.500 per-liter sebenarnya pemerintah tidak mengeluarkan subsidi dari APBN.

Seorang oknum pejabat Pertamina yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, "Mas, perlu diketahui, istilah subsidi itu hanya kebohongan pemerintah dan Pertamina. Saya sendiri juga perih menyaksikan kerakusan para pejabat di Pertamina. Harga premium dan solar dari "Russian Oil" itu cuma $425 per-metrik ton atau sekitar kurang dari Rp 4.300 per-liter. Melalui Petral (maklar minyak piaraan pemerintah: blogger) angka tersebut di-mark up $300 menjadi $725, dan oleh Pertamina disempurnakan mark up-nya menjadi $950, angka inilah yang kemudian disebut sebagai harga pasar yang mengharuskan adanya istilah subsidi tersebut. Luar biasa bajingan mas!!"

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Petromine Watch Indonesia, Urai Zulhendri mengatakan, jika memang isi pesan tersebut memang benar adanya, maka pemerintah dan Pertamina melakukan mark up harga mencapai 100% dari harga $425 menjadi $950, Petral mengambil untung $300 dan Pertamina mengambil untung $125.

"Jelas, bahwa ini mengindikasi PT Pertamina Energy Trading (Petral) anak usaha PT Pertamina (Persero) masih menggunakan perantara (mafia minyak) dalam melakukan pembelian minyak mentah," katanya.

Tidak hanya itu, Urai menduga kuat bahwa mark up yang dilakukan PT Pertamina (Persero) sebesar $125 dicurigai sebagai bentuk upeti atau "commitment fee" dari Dirut Pertamina Karen Agustiawan, yang diduga diberikan kepada Ani Yudhoyono untuk mempertahankan posisinya sebagai Dirut Pertamina.

"BPK harus berani mengaudit proses mark up yang diduga terjadi dalam pembelian minyak yang dilakukan PT Pertamina (Persero) dan Petral," imbuhnya.


Sumber: aktual suaranews, jumat 14 juni 2013

0 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda
http://tusoh.blogspot.com/

0 komentar: