Menu

Kamis, 15 Agustus 2013

MESIR SASARAN PENGHANCURAN ZIONIS BERIKUTNYA

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNZG5oshiW9wiO5GoDuTkUJ7PhwMLethvdnwotx2FcUab6_SVL07lOgH_v-O0hv7mwUzKyTbl1lIpq8tq4OyUSRW6wlD-aLPJHWPcWan-KkS91P6o3htl4cCn52YlJdPVjgLMf4h3Q6ysF/s1600/Wounded-man-being-carried-016.jpg


Akhirnya terjadi apa yang dikhawatirkan bakal terjadi. Pasukan keamanan Mesir menyerbu kamp-kamp pendukung Ikhwanul Muslimin di Kairo kemarin (14/8). Jumlah korban akibat aksi tersebut masih simpang siur namun Ikhwanul Muslimin mengklaim pendukungnya yang tewas mencapai 2.200 orang. Kemungkinan Ikhwanul Muslimin melebih-lebihkan angka tersebut, namun angka "ratusan" cukup rasional.

Sebagai seorang pengamat internasional "amatiran" yang menaruh perhatian pada masalah kemanusiaan, saya (blooger) tentu sangat menyesalkan hal ini. Mengapa Mesir, salah satu bangsa besar yang menjadi sumber kebudayaan dunia harus terjerumus dalam kondisi seperti itu. Saya tidak ingin menyalahkan salah satu di antara pihak Ikhwanul Muslimin ataupun regim militer yang kini berkuasa di Mesir, namun pada "kebodohan" orang-orang yang tidak menyadari bahwa zionis internasional kini tengah menjadikan Mesir sebagai sasaran penghancuran berikutnya setelah Afghanistan, Irak, Libya dan Syria.

Militer tentu bertanggungjawab atas aksi pembantaian tersebut, namun Ikhwanul Muslimin juga bertanggungjawab sebagai pihak yang mengkondisikan pembantaian tersebut dengan sikap kerasnya yang tidak mau bersikap realistis. (Sehari sebelumnya Ikhwanul Muslimin menolak tawaran Al Azhar, lembaga paling dihormati di Mesir, untuk menjadi penengah perselisihan politik di Mesir).

Dan bukan satu kebetulan jika aksi kekerasan yang dilakukan militer Mesir terjadi hanya beberapa hari setelah Amerika menetapkan Robert Ford sebagai dubesnya yang baru di Mesir. Ford adalah simbol kekerasan, dan penunjukannya dianggap sebagai "lampu hijau" Amerika bagi militer Mesir untuk bertindak keras. Lebih dari itu, penunjukan Ford juga mengindikasikan bahwa zionis internasional bermaksud menghancurkan Mesir dengan cara yang sama sebagaimana Irak, Libya dan Syria.

Menurut Michel Chossudovsky dari lembaga kajian Global Studies, Robert Ford adalah orang yang sama dengan John Negroponte yang telah menerapkan strategi “Salvador Option” di Irak pada tahun 2004. Chossudovsky menulis tentang "Salvador Option" itu sebagai:

"Model terorisme pembunuhan massal oleh pasukan pembunuh bentukan Amerika. Model ini pertama kali diterapkan di El Salvador oleh Negroponte saat terjadi perlawanan terhadap regim militer, yang mengakibatkan terjadinya sekitar 75.000 kematian.”

Kondisi Mesir saat ini mirip dengan El Salvador tahun 1980-an saat rakyat sipil melakukan perlawanan terhadap militer. Dan militer Mesir pun, sebagaimana El Salvador, telah berpengalaman dalam melakukan pembantaian massal terhadap para aktifis anti-militer.

Di masa lalu Amerika telah banyak membantu para diktator militer sekutu mereka melakukan aksi-aksi pembantaian massal. Di Indonesia misalnya, dinas inteligen CIA berperan besar dalam pembantaian orang-orang komunis tahun 1960-an, dengan mensuplai data para aktifis komunis kepada militer, dan dengan melatih pasukan pembunuh yang melakukan berbagai teknik penyiksaan sebelum membunuh. (Terlepas dari sikap politik blogger yang menyetujui penumpasan komunisme di Indonesia, karena regim komunis yang tidak lain adalah zionis, akan melakukan hal yang lebih buruk bagi rakyat Indonesia).

Saat ini Amerika lebih tertarik melakukan penghancuran Mesir daripada negara-negara lainnya. Mesir adalah negara Arab terbesar yang secara militer masih bisa menjadi ancaman Israel, setelah Irak dan Syria hancur. Namun, berdasarkan pengalaman di Irak dan pengangkatan Ford sebagai dubes Amerika di Mesir, Amerika tidak akan mendukung regim militer untuk menumpas Ikhwanul Muslimin, melainkan akan menciptakan kekacauan yang akan berujung pada perang sektarian dan perang sipil.

Adalah menarik bahwa menjelang penumpasan pendukung Ikhwanul Muslimin di Kairo kemarin, isu tentang wapres regim militer Mohammad Elbaradai sebagai penganut Shiah muncul ke publik. Diperkirakan sentimen anti-Shiah, sebagaimana sentimen anti-Kristen Koptik akan menjadi bahan bakar konflik mendatang, sebagaimana konflik antara kelompok Islamis melawan kelompok nasionalis-sekuler-liberal dan konflik Ikhwanul Muslimin melawan militer.

Robert Ford telah berpengalaman menerapkan “Salvador Option” di Irak dan Syria tahun. Penugasannya di Mesir saat ini tidak lain untuk menerapkan “Salvador Option” berikutnya di Mesir.


http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/08/mesir-sasaran-penghancuran-zionis.html#.Ug0Z-e-2FSc

0 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda
http://tusoh.blogspot.com/

0 komentar: