Akhirnya terjadi apa yang dikhawatirkan bakal terjadi. Pasukan keamanan
Mesir menyerbu kamp-kamp pendukung Ikhwanul Muslimin di Kairo kemarin
(14/8). Jumlah korban akibat aksi tersebut masih simpang siur namun
Ikhwanul Muslimin mengklaim pendukungnya yang tewas mencapai 2.200
orang. Kemungkinan Ikhwanul Muslimin melebih-lebihkan angka tersebut,
namun angka "ratusan" cukup rasional.
Sebagai seorang pengamat
internasional "amatiran" yang menaruh perhatian pada masalah
kemanusiaan, saya (blooger) tentu sangat menyesalkan hal ini. Mengapa
Mesir, salah satu bangsa besar yang menjadi sumber kebudayaan dunia
harus terjerumus dalam kondisi seperti itu. Saya tidak ingin menyalahkan
salah satu di antara pihak Ikhwanul Muslimin ataupun regim militer yang
kini berkuasa di Mesir, namun pada "kebodohan" orang-orang yang tidak
menyadari bahwa zionis internasional kini tengah menjadikan Mesir
sebagai sasaran penghancuran berikutnya setelah Afghanistan, Irak, Libya
dan Syria.
Militer tentu bertanggungjawab atas aksi pembantaian
tersebut, namun Ikhwanul Muslimin juga bertanggungjawab sebagai pihak
yang mengkondisikan pembantaian tersebut dengan sikap kerasnya yang
tidak mau bersikap realistis. (Sehari sebelumnya Ikhwanul Muslimin
menolak tawaran Al Azhar, lembaga paling dihormati di Mesir, untuk
menjadi penengah perselisihan politik di Mesir).
Dan bukan satu
kebetulan jika aksi kekerasan yang dilakukan militer Mesir terjadi hanya
beberapa hari setelah Amerika menetapkan Robert Ford sebagai dubesnya
yang baru di Mesir. Ford adalah simbol kekerasan, dan penunjukannya
dianggap sebagai "lampu hijau" Amerika bagi militer Mesir untuk
bertindak keras. Lebih dari itu, penunjukan Ford juga mengindikasikan
bahwa zionis internasional bermaksud menghancurkan Mesir dengan cara
yang sama sebagaimana Irak, Libya dan Syria.
Menurut Michel
Chossudovsky dari lembaga kajian Global Studies, Robert Ford adalah
orang yang sama dengan John Negroponte yang telah menerapkan strategi
“Salvador Option” di Irak pada tahun 2004. Chossudovsky menulis tentang
"Salvador Option" itu sebagai:
"Model terorisme pembunuhan massal
oleh pasukan pembunuh bentukan Amerika. Model ini pertama kali
diterapkan di El Salvador oleh Negroponte saat terjadi perlawanan
terhadap regim militer, yang mengakibatkan terjadinya sekitar 75.000
kematian.”
Kondisi Mesir saat ini mirip dengan El Salvador tahun
1980-an saat rakyat sipil melakukan perlawanan terhadap militer. Dan
militer Mesir pun, sebagaimana El Salvador, telah berpengalaman dalam
melakukan pembantaian massal terhadap para aktifis anti-militer.
Di
masa lalu Amerika telah banyak membantu para diktator militer sekutu
mereka melakukan aksi-aksi pembantaian massal. Di Indonesia misalnya,
dinas inteligen CIA berperan besar dalam pembantaian orang-orang komunis
tahun 1960-an, dengan mensuplai data para aktifis komunis kepada
militer, dan dengan melatih pasukan pembunuh yang melakukan berbagai
teknik penyiksaan sebelum membunuh. (Terlepas dari sikap politik blogger
yang menyetujui penumpasan komunisme di Indonesia, karena regim komunis
yang tidak lain adalah zionis, akan melakukan hal yang lebih buruk bagi
rakyat Indonesia).
Saat ini Amerika lebih tertarik melakukan
penghancuran Mesir daripada negara-negara lainnya. Mesir adalah negara
Arab terbesar yang secara militer masih bisa menjadi ancaman Israel,
setelah Irak dan Syria hancur. Namun, berdasarkan pengalaman di Irak dan
pengangkatan Ford sebagai dubes Amerika di Mesir, Amerika tidak akan
mendukung regim militer untuk menumpas Ikhwanul Muslimin, melainkan akan
menciptakan kekacauan yang akan berujung pada perang sektarian dan
perang sipil.
Adalah menarik bahwa menjelang penumpasan pendukung
Ikhwanul Muslimin di Kairo kemarin, isu tentang wapres regim militer
Mohammad Elbaradai sebagai penganut Shiah muncul ke publik. Diperkirakan
sentimen anti-Shiah, sebagaimana sentimen anti-Kristen Koptik akan
menjadi bahan bakar konflik mendatang, sebagaimana konflik antara
kelompok Islamis melawan kelompok nasionalis-sekuler-liberal dan konflik
Ikhwanul Muslimin melawan militer.
Robert Ford telah
berpengalaman menerapkan “Salvador Option” di Irak dan Syria tahun.
Penugasannya di Mesir saat ini tidak lain untuk menerapkan “Salvador
Option” berikutnya di Mesir.
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/08/mesir-sasaran-penghancuran-zionis.html#.Ug0Z-e-2FSc
Kamis, 15 Agustus 2013
MESIR SASARAN PENGHANCURAN ZIONIS BERIKUTNYA
0 Komentar di Blogger
Langganan:
Posting Komentar (Atom)