Tanpa banyak diberitakan media massa kecuali media-media massa Lebanon,
Hizbollah kembali berhasil mempecundangi Israel setelah bom-bom yang
dipasang mereka melukai 4 tentara Israel dan menggagalkan upaya
penyusupan mereka ke wilayah Lebanon.
Insiden yang terjadi tgl 7
Agustus lalu itu telah mendorong pemerintah Lebanon mengajukan protes
ke PBB atas pelanggaran Israel setelah sebelumnya Presiden Suleiman
memerintahkan dilakukan penyidikan atas insiden tersebut. Israel sendiri
telah mengkonfirmasi insiden tersebut meski membantah pasukannya
memasuki wilayah Lebanon. Bukti-bukti yang dikumpulkan tim penyidik
Lebanon menemukan bekas-bekas ledakan di wilayah yang berada 400 meter
dari garis perbatasan.
Namun meski bom-bomnya berhasil
mengagalkan penyusupan Israel dan berita insiden tersebut telah
diberitakan luas di Lebanon sejak hari pertama, Hizbollah baru
mengakuinya hari Rabu (14/8), membuktikan sikap organisasi ini yang
rasionalis, tenang dan juga teguh.
"Kami telah mengetahui rencana
penyusupan Israel. Bom-bom dipasang di tempat itu, dan saat mereka
datang di malam hari, bom-bom itu diledakkan," kata pimpinan Hizbollah
Sayyed Hassan Nasrallah dalam wawancara dengan televisi Lebanon al-Mayadeen, Rabu lalu.
"Kami
tidak bisa membiarkan pelanggaran Israel atas kedaulatan Lebanon.
Ketika kami mengetahui Israel memasuki wilayah Lebanon, kami akan
menghadapi mereka dalam waktu yang tepat," tambah Nasrallah.
Upaya
penyusupan itu diduga dilakukan Israel untuk "menguji" kesiap-siagaan
Hizbollah terhadap ancaman Israel mengingat Hizobollah tengah sibuk
terlibat dalam konflik di Syria. Selain itu Israel juga berharap bahwa
krisis politik yang kini melanda Lebanon yang juga menyeret Hizbollah
(paska pengunduran diri PM Najib Miqati beberapa bulan lalu, hingga saat
ini perdana menteri pengganti Tammam Salam yang didukung Hizbollah
belum juga berhasil mebentuk kabinet baru). Namun kemudian terbukti
bahwa Hizbollah tidak pernah mengendurkan kewaspadaannya.
"Mereka
yang berfikir dengan menciptakan masalah internal dengan kelompok
perlawanan akan berhasil mengalihkan perhatian kami untuk melawan
Israel, mereka keliru," kata Nasrallah.
Menurut Nasrallah Israel
saat ini sangat menkhawatirkan kekuatan Hizbollah lebih dari waktu-waktu
yang lalu, terutama setelah Hizbollah berhasil membuktikan kemampuan
bertempurnya di medan perang Syria dengan memukul pemberontak dari
wilayah al Qusayr. Selama ini Israel dan lawan-lawan politik Hizbollah
menuduh kelompok ini hanya bisa menang jika bertempur di negeri sendiri.
Namun medan perang al Qusayr membuktikan bahwa pejuang-pejuang
Hizbollah juga ahli dalam pertempuran offensif.
KRISIS DOMESTIK DAN PERAN SYRIA
Saat
ini Lebanon tengah dilanda krisis politik yang serius, sebagaimana
Mesir yang mengalami "jalan buntu pemerintahan". Bedanya, para politisi
Lebanon sudah terbiasa hidup dalam kondisi "status quo" hingga tidak ada
yang berani melakukan manuver berbahaya. Pada tahun 2008 PM Fuad
Siniora mencoba "menyerang" Hizbollah dengan memecat kepala keamanan
bandara internasional Beirut yang didukung Hizbollah serta berusaha
merampas jaringan telekomunikasi milik Hizbollah, namun Hizbollah
melakukan serangan balik dengan menduduki kantong-kantong pertahanan
pendukung Siniora dan mengepung kediamanan resmi Siniora.
Pengganti
Siniora, Saad Hariri juga "menyerang" Hizbollah dengan menolak tuntutan
pembahasan pengadilan internasional atas pembunuhan mantan PM Rafiq
Hariri dalam sidang kabinet dan memilih melakukan safari politik ke
Amerika dan Eropa. Hizbollah dan sekutu-sekutunya "menyerang balik"
dengan menarik menteri-menterinya dari kabinet. Akibatnya, sesuai
konstitusi, kabinet bubar dan perdana menteri jatuh.
Tekanan
politik yang begitu kuat bahkan tidak mampu ditanggung PM Najib Miqati
yang didukung Hizbollah dan kelompok perlawanan hingga harus
mengundurkan diri. Tekanan politik paling kuat adalah dalam masalah
pembentukan portofilio kabinet yang harus mengakomodasi seluruh kelompok
politik. Dalam kasus saat ini, PM terpilih Tammam Salam yang didukung
Hizbollah serta Presiden Suleiman cenderung untuk "meninggalkan"
Hizbollah demi memenuhi keinginan Amerika dan pendukung-pendukungnya di
Lebanon. Namun tentu saja hal ini tidak mudah, karena seperti telah
terbukti sebelumnya, Hizbollah bukan kelompok yang mudah dikalahkan.
Dalam
kondisi terjepit antara Israel dan musuh-musuh domestik itulah
kehadiran Syria sebagai sekutu mampu memberikan kekuatan fisik dan moral
yang sangat berharga bagi Hizbollah. Itulah sebabnya Hizbollah juga
tidak ingin meninggalkan Syria saat terdesak dengan menerjunkan
milisi-milisinya di medan perang Syria.
Dalam wawancara tersebut
di atas Nasrallah mengungkapkan peran vital yang dilakukan Syria dalam
membantu Hizbollah menghadapi agresi Israel tahun 2006. Selain mengirim
senjata-senjata canggihnya untuk membantu Hizbollah, dalam satu titik
Presiden Bashar al Assad bahkan mengancam akan menyerang Israel dan
telah memobilisasi pasukannya di perbatasan. Inilah salah satu faktor
yang membuat Israel gentar dan menghentikan serangannya atas Lebanon.
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/08/hizbollah-kembali-pecundangi-israel.html#.Ug5lVO-2FSc
Jumat, 16 Agustus 2013
HIZBOLLAH KEMBALI PECUNDANGI ISRAEL
0 Komentar di Blogger
Langganan:
Posting Komentar (Atom)